Pengaruh Kondisi Akustik di Fasilitas Kesehatan
Kebisingan di fasilitas kesehatan terutama rumah sakit memiliki dampak kepada pasien, tenaga Kesehatan dan juga pengunjung. Gangguan tidur dan naiknya tekanan darah adalah dua contoh dampak yang telah diamati terjadi pada pasien. Sedangkan pada tenaga Kesehatan, kondisi akustik yang buruk dapat menambahkan rasa kelelahan.
Beberapa bukti telah menunjukkan bahwa kesehatan fisiologis pasien terdampak secara negatif karena adanya kebisingan. Sebagai contoh, di sebuah studi, pasien memerlukan waktu pemulihan di rumah sakit setelah operasi katarak Ketika tingkat kebisingan menjadi lebih tinggi karena adanya kebisingan dari konstruksi. Contoh lainnya, ditemukan bahwa ketika kebisingan diatas 60 dBA, diperlukan obat-obatan lebih banyak untuk pasien bedah pada saat proses pemulihan.
Selain memberikan dampak pada kondisi fisiologis pasien, kondisi akustik yang buruk juga mempengaruhi persepsi privasi, kenyamanan dan keamanan untuk pasien dan keluarganya. Secara umum, pasien lebih puas dengan pelayanan Kesehatan oleh petugas jika mereka berada di kondisi akustik yang baik.
Kebisingan juga memiliki konsekuensi pada tenaga Kesehatan. Kebisingan menjadi sumber stress untuk pekerja di rumah sakit dan berpotensi mempengaruhi kemampuannya untuk bekerja secara efektif. Beberapa studi menunjukan adanya relasi antara stress dan rasa terganggu pada perawat dengan kebisingan. Meskipun pada studi lainnya kebisingan tidak mengganggu performa ahli anastesi dan ahli bedah secara signifikan, investigasi ini menunjukan bahwa jika kebisingan berada diatas 77 dBA, seseorang yang hendak melakukan komunikasi verbal harus bersuara cukup keras, dan pada saat yang bersamaan, kejelasan suara ucap berkurang sebesar 23 persen.
Aspek-aspek Utama terkait Akustik yang Perlu Diperhatikan di Rumah Sakit
Aspek-aspek utama yang perlu diperhatikan pada fasilitas Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kebisingan: Tingkat kebisingan rata-rata di dalam rumah sakit dilaporkan pada sebuah studi di 2005, bahwa tingkat kebisingan di dalam rumah sakit adalah sekitar 72 dBA di siang hari dan 60 dBA di malam hari. Hal ini berada di luar rekomendasi World Health Organization (WHO) yang merekomendasikan kebisingan pada 35 dBA di siang hari dan 30 dBA di malam hari, dengan tingkat kebisingan puncak tidak melebihi 40 dBA di malam hari.
Perlu diperhatikan bahwa terdapat dua hal berbeda terkait dengan tingkat kebisingan, yang pertama adalah kebisingan latar belakang dari system HVAC, peralatan medis, dan sumber kebisingan lainnya. Kedua adalah kebisingan yang bersifat berselang atau intermittent seperti suara ucap, alarm, telfon, dan lainnya.
Kebisingan di dalam ruangan biasa dideskripsikan menggunakan rating dengan satu angka seperti NC (Noise Criteria) dan RC (Room Criteria), atau kebisingan ekuivalen (LAeq) dengan satuan dBA.
2. Kejelasan berbicara: Komunikasi di rumah sakit diperlukan baik antar tenaga Kesehatan dan juga antara pasien dan petugas di rumah sakit. Perawat dan dokter perlu untuk dapat memahami dan mengambil tindakan berdasarkan informasi auditori di kondisi yang memerlukan kecepatan dan ketepatan yang tinggi.
Kejelasan bicara sering dideskripsikan menggunakan beberapa besaran seperti STI (Speech Transmission Index) dan %ALC (Percentage Articulation Loss of Consonants)
3. Privasi berbicara: Meskipun kejelasan bicara penting untuk orang-orang memerlukan komunikasi satu sama lain, penting juga untuk pembicaraan tersebut tidak terdengar oleh pendengar yang tidak seharusnya. Hal ini diperlukan untuk memastikan pasien dapat mendiskusikan masalah kesehatannya dengan bebas dengan dokternya, tanpa mengkhawatirkan bahwa pembicaraannya dapat terdengar oleh orang lain.
Privasi berbicara yang didapatkan di ruang tertentu diindikasikan menggunakan Privacy Index (PI) yang secara umum membagi privasi berbicara ke empat kategori yaitu:
• Confidential: Pembicaraan dapat terdengar tetapi tidak dapat dipahami di luar ruang tersebut
• Normal: Pembicaraan dapat terdengar dan sebagian dapat dipahami
• Marginal atau poor: Sebagian besar pembicaraan dapat terdengar dan dapat dipahami oleh orang lain
• No privacy: Semua pembicaraan dapat terdengar dan dipahami
Contoh-contoh Strategi Desain untuk Memperbaiki Lingkungan Akustik
Beberapa strategi dalam melakukan desain yang telah menunjukkan perbaikan pada kondisi akustik di rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan material penyerap suara di dalam ruangan: Salah satu kondisi yang menyebabkan buruknya kondisi akustik di rumah sakit adalah karena kebanyakan permukaan ruang yang bersifat reflektif. Salah satu solusi yang paling umum diterapkan adalah dengan menggunakan ceiling (plafon) yang menyerap suara. Sebagai contoh, sebuah studi di Swedia menunjukan bahwa dengan menggunakan ceiling yang menyerap suara, pasien pada sebuah intensive coronary care unit (CCU) menunjukkan kondisi fisik yang lebih baik.
Kemampuan material untuk menyerap suara biasanya dinyatakan dengan NRC (Noise Reduction Coefficient)
2. Perencanaan ruang: Untuk meningkatkan kondisi akustik di rumah sakit, perencanaan ruang dapat memberikan dampak yang besar. Hal ini termasuk penentuan lokasi ruang-ruang yang akan bersebelahan, dengan mempertimbangkan fungsi ruang-ruang yang akan bersebelahan, tingkat kebutuhan privasi bicara, dan kebisingan latar belakang (background noise), dan faktor lainnya. Salah satu hal yang mendukung kondisi akustik secara signifikan adalah dengan menyediakan ruangan untuk tiap pasien (single-patient room) dibandingkan dengan ruangan dengan banyak tempat tidur. Ruangan pribadi pada umumnya memiliki tingkat kebisingan yang lebih rendah, dipersepsikan lebih privat, dan memungkinkan untuk percakapan dilakukan tanpa terdengar oleh orang diluar ruangan.
Dari sudut pandang desain insulasi suara, ruangan perlu dipisahkan oleh partisi dengan performa insulasi akustik yang cukup, dengan perhatian untuk menghindarkan kebocoran suara pada partisi. Performa material biasanya diukur dengan rating seperti STC (Sound Transmission Class) atau Rw (Weighted Sound Reduction Index)
3. Menghilangkan atau mengurangi sumber kebisingan: Sumber kebisingan yang umum berada di dalam rumah sakit adalah sistem paging, peralatan kesehatan dan pembicaraan antar tenaga kesehatan. Sumber kebisingan dapat dikurangi dengan mengganti sistem paging dengan sistem komunikasi nirkabel yang dibawa oleh staff, mematikan peralatan ketika tidak digunakan, melakukan pembicaraan di ruang tertutup dan mengedukasi tenaga kesehatan mengenai signifikansi aspek kebisingan sehingga diharapkan tenaga kesehatan berbicara dengan tingkat suara tidak terlalu keras.
4. Penggunaan sistem sound-masking: sound-masking (menambahkan suara di ruangan dengan sengaja) memiliki potensi untuk dapat meningkatkan privasi berbicara untuk pasien, meskipun belum cukup bukti saintifik untuk tingkat efektivitasnya. Sound-masking juga dapat menurunkan distraksi pada pasien untuk kebisingan yang bersifat berselang. Meskipun demikian, penggunaan sistem sound-masking perlu dengan hati-hati mempertimbangkan hal-hal lain seperti kejelasan berbicara antar tenaga kesehatan, ataupun dampaknya pada sistem monitoring pasien.
Peraturan Baku Mutu Kebisingan di Rumah Sakit di Indonesia
Di Indonesia, tingkat kebisingan di rumah sakit diregulasi melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 Tahun 2019 tentang kesehatan lingkungan rumah sakit. Baku mutu tingkat kebisingan pada peraturan tersebut adalah sebagai berikut:
Reference
A Joseph and R Ulrich. Sound Control for Improved Outcomes in Healthcare Settings. The Center for health Design. 2007
Fife, D., and E. Rappaport. 1976. Noise and hospital stay. American Journal of Public Health 66(7):680–81.Minckley (1968)
Murthy, V. S., K. L. Malhotra, I. Bala, and M. Raghunathan. 1995. Detrimental effects of noise on anesthetists. Canadian Journal of Anaesthesia 42:608–11.
Berglund, B., T. Lindvall, D. H. Schwelaand, and T.K. Goh. 1999. Guidelines for community noise. In Protection of the human environment. Geneva, Switzerland: World Health Organization.
Hagerman, I., G. Rasmanis, V. Blomkvist, R. S. Ulrich, C. A. Eriksen, and T. Theorell. 2005. Influence of coronary intensive care acoustics on the quality of care and physiological states of patients. International Journal of Cardiology 98:267–270
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 7 Tahun 2019