Intip Akustik di Industri Hospitality: Analisis Subjektif dan Objektif

By Desember 3, 2019Articles, News

Menjamurnya Bar, Kafe, dan Restoran adalah salah satu indikasi kemajuan suatu daerah. Keperluan akan hiburan, ketenangan dan komunikasi sesama manusia menjadi alasan perlunya Bar, Kafe, dan juga restoran sebagai pemberi fasilitas kegiatan bercengkrama sekaligus memberikan hiburan pada diri. Kenyamanan menjadi prioritas utama dalam penilaian baik-buruknya suatu Bar, Kafe ataupun Restoran. Salah satu perspektif kenyamanan yang perlu peninjauan adalah akustik yang berdampak besar pada mood, efektifitas komunikasi dan emosional pengunjungnya.

Di Kawasan Asia terlebih pada negara-negara berkembangnya kenyamanan akustik pada tempat hiburan Bar, Kafe, ataupun Restoran masih belum diperhatikan dan kadang disepelekan, padahal pengaruhnya akan sangat besar kepada kenyamanan pengunjung. Salah satu contoh dampak kecacatan akustik pada Kafe ataupun Restoran adalah sulitnya berkomunikasi, padahal salah satu hal yang ingin dilakukan oleh pengunjung adalah bercengkrama bersama keluarga, teman ataupun mitra kerja. Keadaan ini akan memberikan kesan buruk bagi Kafe ataupun Restoran dan dapat mengurangi jumlah pengunjung pada tempat tersebut.

Pada artikel ini, penulis akan membahas penelitian yang telah dilakukan oleh Lauren H. Christie dan J. R. H. Bell Booth– Victoria University of Wellington. Penelitian ini berjudul “Acoustics in the Hospitality Industry: A Subjective and Objective Analysis” atau secara garis besar meneliti beberapa Bar, Kafe, dan Restoran di sekitar Wellington CBD terkait kenyamanan akustik berdasarkan parameter objektif dan juga subjektif yang kemudian  dikomparasikan dengan standar AS/NZA 2107:2000.

Hasil penelitian di Bar, Kafe, dan Restoran di Wellington CBD ini didapatkan tingkat rerata kebisingan yang terjadi adalah 80 dBA dan bahkan dapat mencapai 110 dBA. Jika dikaitkan dengan tingkat sensitifitas pendengaran manusia terhadap pembicaraan yang hanya berkisar 48 dBA hingga 72 dBA [AS/NZA 2107:2000] hal ini sangat melampaui batas. NC  (Noise Criteria) yang disarankan pada penelitian ini yaitu:

  • Bar : 45 – 50 dBA
  • Kafe : 45 – 50 dBA
  • Restoran : 35 – 50 dBA

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian yang dilakukan Lauren H. Christie dan J. R. H. Bell Booth mengambil 2 parameter, yaitu subjektif dan objektif. Subjektif berupa Survey Questionnaire yang dibagikan kepada para pengunjung berkaitan dengan informasi diri, kemampuan mendengar, kebisingan dominan yang terjadi, dan kondisi ideal yang diinginkan. Hal ini dikatakan subjektif karena bersifat kualitatif dan disesuaikan dengan tendensi personal. Parameter yang kedua adalah Objektif, berupa parameter terukur yaitu BN (Background Noise), Leq, RT (Reverberation Time), STI (Normal, Rise, Loud, Shout). 

BN diukur dengan mengukur tingkat tekanan suara pada kondisi tanpa pengunjung, gunanya adalah sebagai nilai dasar akustik tanpa kebisingan tambahan. Leq merupakan kebisingan rerata pada jangka waktu tertentu, hal ini dilakukan sebagai informasi sampel nilai kebisingan tempat tersebut. RT atau Reverberation Time adalah waktu yang diperlukan suara untuk meluruh sebanyak 60 dB, parameter ini digunakan sebagai salah satu dasar penilaian terhadap kenyamanan pembicaraan ataupun music di suatu ruangan, RT yang terlalu tinggi akan membuat seseorang sulit dalam berkomunikasi karena suara akan memantul dan mengurangi kejelasan pembicaraan. STI atau Speech Transmission Index adalah parameter untuk menilai tingkat kenyamanan dalam hal mendengarkan speech atau pembicaraan, nilainya berkisar antara 0 hingga 1 dengan nilai 1 adalah STI sempurna atau sangat jelas. 

Dominasi usia pengunjung terlihat mirip jika dilihat berdasarkan survey, pada Bar pengunjung terbanyak adalah berusia 25 tahun kebawah, sedangkan pada Kafe dan Restoran pengunjung terbanyak adalah pada rentang 25 – 35 tahun. Berdasarkan hasil survey, keterbutuhan akan kualitas akustik terkait pembicaraan paling tinggi adalah Restoran, diikuti Kafe, dan terakhir adalah Bar. Hal ini sangat jelas karena di restoran pengunjung banyak melakukan interaksi verbal atau komunikasi ketika makan. Pada Kafe cenderung berkurang komunikasi dan lebih pada mendengarkan ambience dan music latar dengan komunikasi yang lebih sedikit daripada ketika berada di restoran. Peringkat terakhir adalah Bar, pengunjung hanya akan mendengarkan musik untuk membangkitkan mood mereka dan tidak banyak berkomunikasi dengan orang lain. Sumber bising tertinggi berasal dari komunikasi pengunjung lain, yang diikuti oleh suara musik, dan perlengkapan dapur.

Kenyamanan akustik berdasarkan hasil survey atau parameter subjektif adalah sebagai berikut:

Restoran

  • Restoran sangat diharapkan untuk memiliki Background Noise yang rendah dan STI yang baik, namun keadaan sebenarnya Restoran yang diteliti sangat jauh dengan hal tersebut.
  • Privacy adalah variabel yang sangat penting dalam Restoran
  • Kejelasan dalam hal speech dinilai rendah.
  • Pengunjung di Restoran sangat sulit untuk didengar ketika berbicara.

Bars

  • Pelanggan bar menilai Bar lebih dapat menerima kebisingan daripada Kafe ataupun Restoran
  • Meskipun sulit berkomunikasi, Bar dapat diterima oleh pengunjung
  • Pelanggan bar membutuhkan effort lebih untuk berkomunikasi
  • Jenis orang yang mengunjungi bar, adalah orang yang terbiasa di lingkungan yang bising.

Café

  • Orang-orang yang sering mengunjungi Kafe merasa di Kafe sangat mudah untuk berkomunikasi.
  • Kejelasan bicara dinilai sebagai faktor yang lebih penting daripada lingkungan pengunjung
  • Kafe juga dinilai sebagai lingkungan yang paling tidak dapat diterima dari survey terkait akustik ini.

Berdasarkan parameter objektif, hasilnya adalah:

BN (Background Noise berada di range 34 dBA (Leq) hingga 81 dBA (Leq), dimana 60% dari data bernilai lebih dari 50 dBA (Maksimum level dalam AS/NZA 2107:2000). Setelah dilakukan pengukuran dengan kondisi ada pengunjung, level kebisingan mencapai 25 dB melebihi level maksimum berpengunjung, namun jika dikomparasikan dengan batas keselamatan rekomendasi OSH yaitu 85 dBA (Leq), nilai masih dibawah batas ambang tersebut (Level tertunggi pengukuran 81 dBA).

Untuk RT, baik Bar, Kafe, dan Restoran berada di dalam standar yaitu <1,0 S.

STI rating ditemukan sangat beragam, namun dari penggunaan 4 jenis suara yaitu normal, raised, loud, dan shout didapatkan pola yang sama, yaitu semakin tinggi level suara maka STI semakin baik.

Dari artikel ini kita ketahui bahwa terdapat perbedaan preferensi dalam faktor kenyamanan akustik pada Bar, Kafe, dan Restoran. Perbedaan preferensi ini didapat karena perbedaan fungsi utama dari tiap hospitality industry tersebut. Pada restaurant, pengunjung berharap dapat berkomunikasi dengan baik dalam satu lingkup meja dan terjaga privacy dari lingkup meja lain. Pada Kafe, kebutuhan akan ketenangan adalah hal utama dan kebutuhan akan komunikasi tidak setinggi Restoran. Pada Bar, Kebutuhan utama pengunjung adalah mendengarkan musik dan tidak terlalu mempedulikan kesulitan berkomunikasi.

Jadi, sudahkah hospitality industry Anda mempertimbangkan kenyamanan akustik?

Hal ini sangat diperlukan untuk mempertahankan pengunjung untuk datang.

Ditulis oleh:

Betabayu Santika

Acoustic Design Engineer

Geonoise Indonesia

Beta@geonoise.asia

Source:

AS/NZS 2107 (2000). Acoustics – Recommended design sound levels and reverberation times for building

interiors. Australian/New Zealand Standards: Sydney/Wellington.

Bell-Booth, J. R.H. (2004). Methodology Research.

Christie, L. H. (2004). Acoustical Comfort: Research Design into Measuring Restaurants and

Bars Acoustic Environments.

Christie, L. H. & Bell-Booth, J. R.H. – Acoustics in the Hospitality Industry: A Subjective and Objective Analysis

Kalibrasi
Next Post

Author Natanael Hizkia

More posts by Natanael Hizkia

Leave a Reply