Pemetaan Kebisingan

Pemetaan kebisingan dilakukan agar kita dapat dengan cepat melihat area mana yang memiliki kebisingan yang relatif tinggi. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk presentasi data yang memudahkan komunikasi.

Pemetaan kebisingan umum dilakukan pada berbagai kasus, antara lain:

  1. Perkotaan / Urban noise
  2. Pabrik, baik proses maupun manufaktur
  3. Industri migas (Oil and Gas)
  4. dst.

Cara Melakukan Pemetaan Kebisingan

Pada umumnya, pemetaan kebisingan dilakukan untuk 2 tujuan yaitu prediksi untuk keperluan perencanaan dan juga untuk pelaporan kebisingan pada kondisi yang sesungguhnya. Untuk keperluan perencaan, umumnya digunakan software / perangkat lunak untuk menghitung dan memetakan kebisingan. Sedangkan untuk memetakan kebisingan yang sesungguhnya / existing condition, dilakukan pengukuran kemudian hasil pengukuran tersebut dapat dipetakan. Untuk mempermudah, pemetaan dari hasil pengukuran juga bisa dilakukan pada software tertentu.

Cara Melakukan Pemetaan Kebisingan dengan Software

Pemetaan yang didapatkan dari hasil prediksi umumnya didapatkan menggunakan software perhitungan kebisingan, salah satu contoh dari software tersebut adalah SoundPLAN. Hal ini diperlukan karena kebisingan belum bisa diukur karena proyek masih dalam tahap perencanaan. Software perhitungan kebisingan menghitung kebisingan berdasarkan metoda tertentu yang biasanya diatur oleh sebuah badan standarisasi. Metoda perhitungan ini terbagi menjadi dua yaitu perhitungan emisi kebisingan dan juga propagasi kebisingan.

Perhitungan emisi kebisingan adalah metoda perhitungan agar tingkat daya suara dari sumber kebisingan dapat dihitung berdasarkan kondisi dari sumber suara tersebut. Sebagai contoh, dengan memasukkan input banyaknya kendaraan, kecepatan dan jenis permukaan jalan, emisi kebisingan yang bersumber dari jalan raya dapat dihitung. Terdapat berbagai standar untuk menghitung emisi kebisingan. Untuk jalan raya, sebagai contoh terdapat CoRTN, ASJ RTN, NMPB, TNM dan sebagainya.

Perhitungan proopagasi kebisingan dilakukan untuk menghitung tingkat tekanan suara yang diterima oleh penerima suara. Sumber suara dengan tingkat daya tertentu akan mengemisikan energi suara ke sekitarnya dan diterima oleh penerima suara. Pada proses ini, banyaknya energi suara akan teratenuasi tergantung dari beberapa faktor, antara lain:

  1. Jarak antara sumber dan penerima
  2. Adanya permukaan keras di sekitar sumber suara
  3. Adanya penghalang bising antara sumber dan penerima
  4. Jenis tanah yang akan mempengaruhi penyerapan suara
  5. Penyerapan suara pada atmosfer yang dipengaruhi oleh kelembapan dan temperatur udara
  6. Faktor koreksi lainnya yang ditentukan oleh masing-masing standar

 

Cara Melakukan Pemetaan Kebisingan dengan Pengukuran

Untuk pemetaan kebisingan dengan pengukuran, tentunya besarnya kebisingan perlu diukur terlebih dahulu. Umumnya, pemetaan kebisingan melalui pengukuran hanya dapat dilakukan pada kondisi dimana sumber suara tidak banyak berubah terhadap waktu (cenderung stabil) dan juga pada area yang tidak terlalu luas. Contoh penerapan pemetaan kebisingan dengan pengukuran lebih banyak dilakukan di pabrik dan tempat kerja yang memiliki kebisingan yang cenderung tinggi. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa paparan kebisingan (noise exposure) dari pegawai yang bekerja tidak melebihi ambang yang ditentukan oleh pemerintah. Misalnya seperti tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR 70 TAHUN 2016 Tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.

Pengukuran dapat dilakukan pada titik tertentu lalu dipetakan baik dengan digambarkan secara manual. Cara seperti merujuk pada dokumen yang dikeluarkan oleh OSHA (Occupational Safety and Heath Administration) dalam OSHA Technical Manual Section III Chapter 5. Cara lainnya adalah dengan menggunakan software pemetaan bising sehingga pemetaan kebisingan terlihat lebih rapi. Contoh software untuk melakukan pemetaan kebisingan di pabrik dari pengukuran adalah software Noise At Work.