Pengukuran Parameter Akustik Berdasarkan ISO 3382 – 1

By September 27, 2019Uncategorized

Waktu dengung merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk mengetahui kualitas akustik sebuah ruangan. Seperti yang kita ketahui, kualitas akustik ini akan bergantung pada fungsi ruangannya apakah akan digunakan untuk speech atau music. Contohnya untuk fungsi speech, ketika  sebuah ruang menghasilkan waktu dengung yang terlalu panjang, maka kejelasan bunyi akan tertupi oleh oleh pantulan bunyi itu sendiri. Sedangkan, untuk fungsi musik, waktu dengung dapat menambah ketertarikan akan bunyi sehingga bunyi yang dihasilkan oleh alat musik terkesan hidup. Waktu dengung atau Reverberation Time (RT60) merupakan waktu yang dibutuhkan sebuah bunyi untuk meluruh sebesar 60dB sejak bunyi dihasilkan. Waktu dengung dapat diprediksi dengan menggunakan formula Sabine

RT60 = 0,161V / Sα

RT60: Waktu dengung
V: Volume ruang
S: Luasan area
α: Rata-rata koefisien serap ruang
Sα: Total penyerapan ruang dalam “Sabine”

Nilai waktu dengung yang ideal akan bergantung kepada fungsi dan besar volum dari ruangan itu sendiri. Semakin besar volum ruangan, maka kebutuhan akan waktu dengung juga semakin panjang. Berikut adalah rekomendasi nilai waktu dengung untuk beberapa jenis ruangan.

Tabel 1. Rekomendasi nilai RT60 untuk beberapa jenis ruangan

Pada praktik pengukuran waktu dengung, umumnya suara yang dihasilkan dari sumber bunyi sangat sulit untuk mencapai 60dB di atas background noise level (tingkat bising latar belakang) dalam ruangan. Untuk itu digunakan beberapa metode untuk mendekati waktu dengung dengan cara mengambil data peluruhan selama beberapa dB kemudian diekstrapolasi hasilnya sehingga mencapai 60dB. Berikut adalah parameter pendekatan yang dimaksud:

  1. EDT (Early Decay Time): ekstrapolasi data peluruhan selama -5dB s/d -15dB.
  2. T20: ekstrapolasi data peluruhan selama -10dB s/d -30dB.
  3. T30: ekstrapolasi data peluruhan selama -10dB s/d -40dB.

Lalu bagaimana cara untuk melakukan pengukuran parameter – parameter akutik tersebut? Dalam artikel ini, saya akan memberikan penjelasan singkat mengenai pengukuran parameter akustik untuk performance space berdasarkan ISO 3382:1.

  1. Peralatan

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengetahui apa saja peralatan yang diperlukan untuk mendapatkan parameter yang dimaksud. Peralatan yang dipergunakan memiliki spesifikasi khusus. Berikut adalah peralatan yang diperlukan dalam pengukuran waktu dengung beserta penjelasannya.

a. Sumber Suara

Sumber suara harus memiliki karakteristik sedekat mungkin dengan karaketeristik omnidirectional sound source.

Tabel 2. Deviasi maksimum dari  directivity sumber suara dalam desibel untuk eksitasi dengan pita oktaf dari pink noise dan diukur di Free field.

Sumber suara tersebut harus menghasilkan tingkat tekanan suara/ Sound Pressure Level (SPL)  yang cukup kuat untuk mendapatkan kurva peluruhan dengan rentang dinamis minimum yang diperlukan, tanpa kontaminasi/gangguan/intervensi dari kebisingan latar belakang (background noise). Untuk pengukuran respons impuls menggunakan pseudo-random sequences, SPL yang diperlukan mungkin cukup rendah, karena peningkatan dari signal-to-noise ratio oleh means of synchronous averaging. Sedangkan dalam pengukuran tanpa menggunakan synchronous averaging teknik (metode lain), SPL yang diperlukan setidaknya lebih tinggi 45dB di atas Background Noise dalam pita frekuensi yang sesuai. Namun apabila hanya parameter T20 yang akan diukur, maka, SPL yang diperlukan setidaknya lebih tinggi 35 dB di atas Background Noise.

b. Microphones, recording and analysis equipment

Dalam pengukuran waktu dengung, jenis mikrofon yang digunakan adalah omnidirectional. Mikrofon dapat dihubungkan melalui

  • langsung ke amplifier, filter set dan sistem untuk menampilkan kurva peluruhan atau peralatan analisis untuk mendapatkan (deriving) respons impuls, atau
  • melalui perekam sinyal untuk dianalisa kemudian.

Microphone and Filter

Peralatan pengukuran harus memenuhi persyaratan instrumen/alat ukur tingkat bunyi (mikrofon) class-1 berdasarkan IEC 61672-1. Mikrofon harus memiliki ukuran sekecil mungkin,

  • Diafragma maksiumum sebesar 13 mm, atau
  • Mikrofon dengan diameter maksimum 26 mm (Jika, mikrofon tersebut merupakan berjenis pressure response or the free field response, maka mikrofon harus dilengkapi random incidence corrector yielding padarespon frekuensi datar untuk random incidence.

Selain itu, filter oktaf atau sepertiga oktaf yang digunakan harus sesuai dengan IEC 61260.

  • Alat Perekam

Jika peluruhan suara pada awalnya direkam menggunakan magnetic tape atau alat perekam digital, maka kontrol penguat otomatis atau sirkuit lain yang digunakan untuk optimasi dinamis untuk signal-to-noise ratio tidak boleh digunakan. Waktu perekaman setiap peluruhan harus cukup lama untuk mendapatkan tingkat background level setelah peluruhan; waktu perekakaman minimum yang direkomendasikan adalah lima detik ditambah waktu dengung yang diharapkan.

Untuk kombinasi perekaman dan playback speeds yang digunakan, maka alat perekam harus memiliki karakteristik di bawah ini:

  • Respons frekuensi harus datar pada rentang frekuensi pengukuran dengan toleransi yang lebih kecil dari ± 3 dB.
  • Rentang dinamis (dynamic range) pada alat perekam harus memadai untuk memungkinkan rentang kurva peluruhan minimum yang diperlukan. Dalam hal peluruhan pada metode interrupted noise, perekam harus mampu memberikan signal-to-noise ratio paling sedikit 50 dB di setiap pita frekuensi.
  • Rasio playback speeds dengan kecepatan rekaman harus berada dalam  ± 2% dari 100,1 × n, di mana n adalah bilangan bulat termasuk nol.
  • Pelengkap untuk menampilkan dan/atau mengevaluasi tingkat peluruhan

Pelengkap atau “tools” yang digunakan untuk menampilkan dan/atau mengevaluasi peluruhan pada saat perekaman/pengambilan data:

  • rata-rata eksponensial, dengan kurva kontinu sebagai keluaran;
  • rata-rata eksponensial, dengan titik sampel diskrit berturut-turut dari rata-rata kontinu sebagai keluaran;
  • linear averaging, dengan rata-rata linear diskrit berturut-turut sebagai keluaran.

Averaging time/waktu rata – rata yaitu waktu konstan dari sebuah perangkat rata – rata eksponensial, dengan nilai harus kurang dari, namun mendekati T/30. Demikian pula dengan averaging time dari linear averaging device harus kurang dari T/20. Di mana T merupakan reverberation time terukur.

Apabila perekaman peluruhan ditampilkan dalam bentuk discrete point, maka interval berada diantara point perekaman (harus lebih kecil dari 1,5 kali averaging time dari alat perekam).

Ketika peluruhan akan dievaluasi dalam bentuk visual, sesuaikan skala waktu pada display sehingga kemiringan yang ditampilkan mendekati sudut 45° .

2. Posisi Pengukuran

Posisi sumber suara pengukuran  harus di tempatkan sesuai dengan sumber suara alami berada. Dalam pengukuran ini, minimal dua posisi sumber suara dibutuhkan dengan ketinggian 1,5 m di atas lantai.

Posisi mikrofon harus berada pada area yang mewakili posisi pendengar berada. Penentuan posisi mikrofon, pada pengukuran reverberation time/waktu dengung merupakan hal yang sangat penting. Disarankan bahwa, penentuan posisi mikrofon harus mewakili pengukuran sampel seluruh ruang.

Posisi antar mikrofon setidaknya harus setengah kali dari panjang gelombang, sekitar 2 m untuk rentang frekuensi yang biasa digunakan. Sedangkan, jarak mikrofon ke permukaan bidang pantul, termasuk lantai, setidaknya harus berjarak seperempat kali  dari panjang gelombang atau sekitar 1 m. Posisi mikrofon tidak boleh terlalu dekat dengan posisi sumber apa pun, untuk menghindari pengaruh dari suara langsung. Pengukuran di ruangan untuk fungsi pidato/bicara (speech) dan musik, ketinggian mikrofon di atas lantai harus 1,2 m, sesuai dengan tinggi telinga pendengar rata-rata ketika duduk di atas kursi.

Distribusi posisi mikrofon perlu memperhatikan geometri ruangan agar dapat mengantisipasi pengaruh besar pada perbedaan waktu dengung di seluruh ruangan. Contohnya, area khusus seperti tempat duduk dekat dengan dinding, di bawah balkon atau di ruang-ruang yang dipisahkan (seperti church transepts). Maka, hal Ini membutuhkan penilaian atas pemerataan distribusi “akustik” ke area tempat duduk yang khusus. Sehingga, untuk pengukuran waktu dengung, akan diperlukan penilaian ruangan terhadap kriteria berikut (yang dalam banyak kasus hanya akan memerlukan penilaian visual) untuk menentukan apakah single spatial averages (nilai rata-rata matematika lebih dari beberapa titik dalam ruang) akan cukup menggambarkan ruangan, berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menilai suatu ruangan:

  • Nilai absorpsi dan difusi dari material yang digunakan pada batas permukaan dan suspended elements. Perhatikan apakah penggunaannya tersebar secara merata di antara permukaan yang mengelilingi ruangan. Apabila tidak terdapat daerah yang mencakup lebih dari 50% (langit – langit, dinding samping, depan, dan belakang) masing-masing, dengan sifat yang berbeda dari permukaan yang tersisa, maka dapat dianggap bahwa distribusi tersebar merata,
  • Volume ruangan dapat dianggap sebagai ruang tunggal jika tidak ada bagian dari area lantai yang garis pandangnya terhalang ke bagian lain ruangan yang lebih dari 10% dari total volume ruangan. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka ruangan cenderung menunjukkan area dengan waktu gema yang berbeda, dan ini harus diselidiki dan diukur secara terpisah.

3. Prosedur Pengukuran

Berdasarkan ISO 3382, pengukuran reverberation time dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode integrated impulse response dan interrupted noise. Kedua metode tersebut akan menghasilkan nilai yang sama. Di sisi lain, rentang frekuensi hasil pengukuran akan bergantung pada tujuan dari pengukuran. Untuk tujuan survei, frekuensi setidaknya berada di rentang 250 Hz – 2,000 Hz sedangkan untuk tujuan bidang keteknikan atau hasil yang lebih presisi, frekuensi setidaknya berada di rentang 125 Hz – 4,000 Hz (octave bands) atau 100 Hz – 5,000 Hz (one-third octave bands).

Interrupted Noise Method

  • Eksitasi Ruangan (Excitation of the room)

Sebuah Loudspeaker perlu digunakan sebagai sumber suara dan sinyal yang digunakan harus berasal dari broadband random atau pseudo-random electrical noise. Ketika menggunakan pseudo-random electrical noise, sinyal tersebut harus berhenti secara acak, tidak menggunakan sebuah repeated sequence. Untuk mendapatkan kurva peluruhan suara, sumber suara (Loudspeaker)  harus menghasilkan tingkat tekanan suara yang cukup, setidaknya 35 dB di atas Background Noise pada rentang frekuensi yang sesuai. Namun apabila ingin mengetahui nilai parameter T30, maka, maka tingkat tekanan suara yang diperlukan adalah setidaknya 45 dB di atas Background Noise di setiap band frequencies.

Untuk pengukuran di frekuensi octave bands (satu oktaf), bandwidth sinyal harus lebih besar dari satu oktaf, dan hal yang sama berlaku untuk pengukuran dalam sepertiga-oktaf band, bandwidth sinyal harus lebih besar dari sepertiga oktaf. Sehingga, rentang frekuensi yang mencakup sepertiga-oktaf band dengan mid-band frequencies berada pada rentang 100 Hz – 5 kHz sedangkan untuk oktaf band frequencies berada pada rentang 125 Hz – 4kHz.

Untuk pengukuran untuk tujuan bidang keteknikan atau hasil yang lebih presisi, durasi eksitasi di ruangan harus cukup lama agar bidang suara dapat mencapai kondisi steady sebelum sumber dimatikan. Oleh karena itu, penting agar sumber suara dieksitasi setidaknya selama beberapa detik dan tidak kurang dari setengah kali waktu reverberation time. Sedangkan untuk tujuan survei, eksitasi singkat atau sinyal impuls dapat digunakan sebagai alternatif dari interrupted noise signal. Namun, dalam hal itu, akurasi pengukuran perlu dilakukan. Lihat bagian ketidak pastian pengukuran.
Eksitasi adalah penambahan tenaga pada suatu sistem yang mengalihkannya dari keadaan dasarnya ke suatu keadaan dengan tenaga yang lebih tinggi.

  • Averaging Measurement

Jumlah posisi mikrofon yang akan digunakan ditentukan berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3. Jumlah minimum posisi mikrofon

Karena sumber suara/sumber sinya memiliki karakteristik sebagai random signal, maka   menentukan nilai rata – rata atas sejumlah pengukuran di setiap posisi perlu dilakukan untuk memenuhi ketidakpastian pengukuran. Untuk merata – ratakan jumlah pengukuran di setiap posisi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

  • Temukan individual reverberation time untuk semua kurva peluruhan dan ambil nilai rata-ratanya, atau
  • Temukan nilai rata-rata dari peluruhan (ensemble) squared pressure level dan temukan nilai reverberation time dengan menggunakan kurva peluruhan.

Integrated Impulse Response

  • Eksitasi Ruangan

Respons impuls didapatkan dengan cara megukur langsung sumber impuls  seperti  tembakan pistol, dan juga sumber lain dengan spektrum yang luas seperti spark gap impulse, semburan kebisingan (noise burst), chirps dan MLSs. ISO 3382 tidak membatasi metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan Respon Impuls. Namun, perlu diingat kembali bahwa, sumber suara harus memiliki tingkat tekanan yang kuat.

Respon impuls  harus menghasilkan tingkat tekanan suara yang cukup, setidaknya 35 dB di atas Background Noise pada rentang frekuensi yang sesuai. Namun apabila ingin mengetahui nilai parameter T30, maka, maka tingkat tekanan suara yang diperlukan adalah setidaknya 45 dB di atas Background Noise di setiap pita frekuensi.

Untuk kasus tertentu, sinyal suara khusus dapat digunakan untuk menghasilkan respons impuls, setelah dilakukan pemrosesan khusus yang berasal dari sinyal mikrofon yang direkam, metode ini dijelaskan secara lengkap pada ISO 18233.

Metode ini dapat meningkatkan signal-to-noise ratio. Sine sweep atau pseudo-random noise seperti MLS dapat digunakan jika persyaratan untuk spektrum dan karakteristik arah dari sumber terpenuhi. Karena peningkatan signal-to-noise ratio maka persyaratan minimal untuk sumber sinyal dapat jauh lebih rendah daripada yang ditetapkan (lihat pada bagian sebelumnya). Naumn, jika rata-rata waktu digunakan, maka prosesnya perlu diverifikasi agar tidak mengubah respons impuls yang diukur. Dengan menggunakan teknik pengukuran ini, maka frequency filtering menjadi suatu hal yang wajib dalam proses analisis sinyal, sehingga sumber sinyal yang dilakukan harus mencakup pita frekuensi yang akan diukur.

  • Integrasi Respon Impuls

Backward integration dari squared impulse response dapat digunakan untuk mendapatkan kurva peluruhan pada setiap pita oktaf atau band frequencies. Dalam keadaan ideal tanpa kebisingan latar belakang, integrasi harus dimulai pada akhir respon impuls (t → ∞) dan berlanjut pada bagian awal dari squared impulse response. Sehingga, peluruhan sebagai fungsi waktu dapat didefinisikan menjadi

p is the sound pressure of the impulse response as a function of time;
E is the energy of the decay curve as a function of time;
t is the time.

Integral dalam waktu yang terbalik atau reverse time seperti persamaan di atas sering diturunkan dengan melakukan dua integrasi, sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi

Untuk meminimalisir pengaruh dari background noise pada respon impuls, maka deiperlukan metode khusus untuk mendapatkan energi pada kurva peluruhan. Jika background noise diketahui, tentukan titik awal integrasi, t1, sebagai persimpangan antara garis horizontal sebagai representasi dari background noise dan garis miring sebagai representasi dari squared impulse response dan hitung kurva peluruhan menggunakan persamaan berikut

Nilai yang reliable biasanya didapatkan ketika C dihitung dengan asumsi peluruhan energi eksponensial dengan laju yang sama seperti rentang waktu respon impuls kuadrat antara t0 dan t1, di mana t0 adalah waktu yang sesuai dengan tingkat suara lebih tinggi 10 dB dari level tingkat suara pada saat t1. Jika nilai C diatur menjadi nol, batas awal dari proses integrasi akan menyebabkan waktu dengung yang bias (systematic underestimation). Untuk maximum underestimation sebesar 5%, level dari background noise setidaknya harus mencapai nilai yang telah dievaluasi ditambah 15dB di bawah maksimum respon impuls. Misalnya, untuk penentuan T30, tingkat kebisingan latar belakang harus setidaknya 45 dB di bawah nilai maksimum.

4. Evaluasi Kurva Peluruhan

Untuk menentukan nilai T30 maka, kurva peluruhan yang dievaluasi berada pada rentang 5 dB sampai 35 dB di bawah tingkat tunak. Untuk metode integrasi respon impuls, tingkat tunak adalah total dari tingkat integrasi respon impuls. Dalam rentang evaluasi, a least-squares fit line harus dihitung untuk kurva atau, dalam kasus kurva peluruhan diplot secara langsung oleh perekam level, garis lurus harus dipasang secara manual sedekat mungkin dengan kurva peluruhan.

5. Ketidakpastian Pengukuran

  • Interrupted Noise Method

Karena sifat ketidakpastian yang dimiliki oleh sinyal/sumber suara, maka ketidakpastian pengukuran pada metode interrupted noise method akan bergantung pada jumlah rata – rata pengukuran yang dilakukan. Deviasi standar dari hasil pengukuran σ (T20) atau σ (T30), masing-masing, dapat diperkirakan dari Persamaan berikut:

B adalah Bandwith dalam Hz
B = 0.71 fc untuk 1/1 octave filter
B = 0,23 fc untuk 1/3 octave filter
fc = Mid-band frequency
n adalah jumlah pengukuran peluruhan di setiap posisi
N adalah Jumlah dari posisi pengukuran independen (kombinasi posisi sumber dan penerima)
T20  adalah Reverberation time, berdasarkan rentang evaluasi sebesar 20 dB
T30  adalah Reverberation time, berdasarkan rentang evaluasi sebesar 30 dB

  • Inetgrated Impulse Response

Secara teori, metode respon impuls terintegrasi sama dengan interrupted noise excitation. Untuk evaluasi secara praktikal dari ketidakpastian pengukuran menggunakan metode respon impuls terintegrasi, dapat dianggap sama menggunakan rata – rata pengukuran dengan nilai n = 10 di setiap posisi pengukuran menggunakan  metode interrupted noise. Tidak diperlukan penambahan rata – rata untuk meningkatkan akurasi pengukuran.

6. Lower Limit

Untuk kasus reverberation yang sangat pendek, kurva peluruhan dapat dipengaruhi oleh filter dan detector . Forward analysis dapat dilakukan untuk menemukan lower limit yang sesuai. Lihat persamaan di bawah ini

B adalah Filter bandwidth (Hz)
T adalah Reverberation time terukur, (detik)
Tdet adalah Reverberation time, averaging detector (detik)

7. Spatial Averaging

Hasil yang diukur untuk posisi sumber dan mikrofon dapat dikombinasikan baik untuk area yang diidentifikasi terpisah atau untuk ruangan secara keseluruhan untuk memberikan nilai rata-rata spasial. Rata-rata spasial ini harus dicapai dengan rata-rata aritmatika dari reverberation time. Rata-rata spasial diberikan dengan mengambil rata-rata individual reverberation time untuk semua sumber independen dan posisi mikrofon. Deviasi standar dapat ditentukan untuk memberikan ukuran akurasi dan varians spasial dari reverberation time.

8. Parameter yang didapatkan dari Respon Impuls

Studi subjektif mengenai karakteristik akustik di sebuah auditorium telah menunjukkan bahwa beberapa parameter akustik yang didapatkan dari impuls respon berkaitan dengan aspek subjektifitas tertentu. Sementara, waktu dengung adalah satu penjelasan yang mendasar dari karakter akustik dari sebuah auditorium. Parameter yang terlampir dalam tabel di bawah ini diperoleh langsung dari mengintegrasikan respons impuls.

Tabel 4. Parameter yang berhasil didapatkan dari Respon Impuls

Berikut adalah penjelasan parameter yang terdapat pada Tabel 4

  • Sound Strength (G)

Sound Strength (G) adalah parameter yang mengukur tingkat di mana pendengar mengalami atau merasakan bunyi. G merupakan perbandingan dari energi bunyi di sebuah titik di dalam ruang dengan energi yang diukur di medan bebas dengan jarak 10m dari sumber bunyi. Parameter G menunjukkan seberapa besar level (gain) bunyi yang akan ditambahkan dalam nilai SPL kemudian dapat mengindikasikan muncul tidaknya risiko kebisingan yang dapat mempengaruhi kejelasan bunyi (Barron, 2010). Nilai G dapat dihitung menggunakan persamaan (dalam dB)

G = Kekuatan bunyi yang dirasakan pendengar
p(t) = Kekuatan bunyi dari respons impuls di sebuah titik
p10(t) = p(t) di medan bebas berjarak 10 m

  • Early Decay Time (EDT)

EDT adalah waktu dengung yang diukur pada pengurangan bunyi pertama sebesar 10dB, diukur dengan satuan millisecond (ms) dan merupakan skala pengukuran waktu dengung ruang yang lebih detail. EDT meruapakan parameter yang bersifat fundamental untuk mengukur kualitas ruang akustik untuk musik. Nilai EDT lebih penting dan berhubungan dengan waktu dengung yang diterima oleh pendengar, sedangkan waktu dengung  memiliki hubungan dengan kondisi fisik sebuah ruang

  • C80

Clarity atau kejernihan bunyi diukur dengan membandingkan antara energi bunyi yang digunakan  (0.05 – 0.08 detik pertama setelah bunyi langsung) dengan bunyi pantulan yang datang setelahnya, dengan mengacu pada asumsi bahwa bunyi yang ditangkap pendengar dalam percakapan adalah antara 50-80 ms dan bunyi yang datang sesudahnya dianggap bunyi yang merusak. C50 lebih digunakan dalam pengukuran kualitas pidato, sedangkan C80 digunakan dalam penilaian kualitas ruang untuk fungsi musikal. Semakin tinggi nilai C, maka bunyi awal (bunyi langsung dan bunyi dari pantulan awal) mendominasi, sehingga tingkat impresi terhadap bunyi semakin tinggi . Nilai C80 dinyatakan dengan dB dan dapat dihitung dengan persamaan

Cte = Clarity
te = Batas waktu awal (50 / 80ms)
p(t) = Kekuatan bunyi dari respons impuls di sebuah titik

  • D50

Definition (D50) merupakan rasio perbandingan antara bunyi yang terlebih dahulu dengan total energi bunyi dan diukur dengan prosentase. Parameter ini biasanya digunakan untuk menilai kejelasan suatu percakapan atau pidato (Speech). Nilai D50 yang diancurkan untuk fungsi pidato (speech) adalah >65%. Nilai D50 dapat dihitung dengan persamaan berikut

D50 = Definition
t50 = Batas waktu awal (50ms)
p(t) = Kekuatan bunyi dari respons impuls di sebuah titik

  • Ts (Centre Time)

Centre time merupakan waktu tengah antara suara datang dan suara pantul atau bisa disebut juga pusat gravitasi dari respons impuls. Parameter ini menunjukkan tingkat kejelasan bunyi dan berkaitan dengan nilai EDT. Nilai Ts yang rendah menandakan bunyi yang jelas dam sebaliknya. Nilai Ts dinyatakan dengan ms dapat dihitung dengan persamaan:

Ts = Centre Time
p(t) = Kekuatan bunyi dari respons impuls di sebuah titik

  • Lateral Fraction (LF)

Lateral fraction adalah rasio energi bunyi yang dipantulkan secara lateral dalam ruangan dibandingkan energi bunyi yang datang dari semua arah termasuk energi bunyi langsung dari sumbernya. Nilai LF yang baik akan diperoleh jika bunyi yang didengar oleh pendengar/penonton memiliki kekuatan yang setara antara telinga kiri dan kanan sehingga membentuk kesan stereo. Nilai LF dapat dihitung dengan persamaan

LF = Lateral Fraction
pL(t) = Kekuatan bunyi dari respons impuls di sebuah titik yang diukur
p(t) = Kekuatan bunyi dari respons impuls di sebuah titik