Tag

environmental friendly

Pentingnya akustik di ruang kantor

By | Uncategorized

Kantor – secara tradisional dikenal sebagai tempat bekerja, berarti lebih dari sekedar itu di era modern ini. Saat ini, selain digunakan untuk kegiatan kantor konvensional seperti membaca, menulis, atau bekerja komputer, kantor juga merupakan ruang untuk diskusi inovatif terbuka, pertemuan pribadi, kolaborasi bisnis, dan tempat bagi anggota kantor untuk terhubung dan membangun hubungan rekan yang kuat. Kantor-kantor tertentu bahkan menyediakan ruang untuk tujuan hiburan sehingga karyawan dapat bersenang-senang melepas penat dari pekerjaan.

Perhatikan hubungan antara semua aktivitas yang bisa terjadi di kantor? Masing-masing melibatkan tingkat dan jenis kebisingan yang berbeda. Inilah pentingnya akustik kantor masuk ke dalam perhitungan.

Berinvestasi dalam desain akustik ruang kantor bisa menjadi lebih penting daripada yang mungkin Anda pikirkan. Tingkat kebisingan yang tinggi di kantor telah menjadi salah satu keluhan utama karyawan, karena dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja mereka secara signifikan. Kebisingan dapat berasal dari aktivitas seperti mengetik keyboard, suara ketika printing, atau dengungan frekuensi rendah dari peralatan kantor seperti printer atau komputer. Dengan kebisingan yang tinggi, percakapan di kantor akan menjadi sulit, sehingga karyawan akhirnya harus meninggikan suaranya saat berbicara – yang pada akhirnya memperburuk keadaan.

Oleh karena itu sangat penting untuk fokus pada akustik kantor, terutama untuk hal-hal berikut:

 

1. Komunikasi yang efektif
mengendalikan kebisingan suara latar belakang di kantor akan memastikan komunikasi yang lancar selama percakapan, baik itu di antara karyawan, atau saat berbicara dengan klien.

2. Kenyamanan karyawan
Paparan kebisingan yang tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan peningkatan tingkat stres fisik dan psikologis di antara karyawan, yang mengarah pada produktivitas dan komunikasi yang lebih buruk. Stres yang berkepanjangan mungkin dapat menyebabkan efek kesehatan yang berbahaya, seperti sakit kepala, tekanan darah tinggi, atau peningkatan detak jantung dll.

3. Privasi
Seringkali diperlukan untuk mengadakan pertemuan satu lawan satu untuk topik yang sangat rahasia di kantor, oleh karena itu penting untuk memiliki ruang yang menawarkan privasi yang cukup untuk mencegah percakapan tidak dapat didengar.

4. Performa pekerjaan
Seperti yang sudah disebutkan di poin 2 juga, lingkungan yang bising akan menyebabkan gangguan pada saat bekerja sehingga menyebabkan kesulitan untuk fokus bekerja. Ini dengan demikian akan mempengaruhi lingkungan kerja karyawan, menghubungkan kembali ke poin 2.
Sekarang pentingnya akustik kantor telah diketahui, apakah ada cara untuk mengatasi lingkungan kantor yang bising, atau bahkan lebih baik… menghindarinya?

Kualitas akustik suatu kantor, atau ruangan pada umumnya, dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran waktu dengung (RT). RT ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan untuk gema untuk meluruh, di mana biasanya RT yang lebih pendek lebih disukai untuk kejelasan ucapan yang lebih baik, karena akan ada lebih sedikit gema, atau dalam istilah awam “gema” yang ada di dalam ruangan. Gema yang tinggi biasanya disebabkan oleh permukaan struktural yang keras yang digunakan untuk membangun kantor, seperti beton, kaca, plester, dll. Untuk mengurangi RT, disarankan untuk memasang bahan penyerap suara seperti langit-langit akustik, panel dinding akustik, karpet/tirai yang lebih tebal atau produk serupa lainnya di kantor. Performa penyerapan produk ini dapat ditentukan dengan mencari tahu koefisien penyerapan suara (α) dari bahan tersebut, yang seharusnya sudah dinyatakan dalam lembar data oleh produsen. Penyerapan suara berhubungan dengan pantulan suara suatu ruangan.
Kontrol gema kemudian dapat memengaruhi kejelasan ucapan suatu ruangan, yang dapat diukur sebagai Indeks Transmisi Ucapan (STI), atau rasio ucapan terhadap kebisingan (SNR). Semakin tinggi SNR atau STI, semakin baik kejelasan ucapan. Menurut aturan praktis, SNR pada dasarnya harus setidaknya 10-15 dB untuk kejelasan ucapan yang baik, yang berarti ucapan idealnya harus 10-15 dB di atas kebisingan latar belakang agar terdengar jelas. Namun, untuk memenuhi tujuan privasi, harus sebaliknya, di mana SNR harus serendah mungkin.

Reverberation Control (Kontrol gema) kemudian dapat memengaruhi kejelasan ucapan suatu ruangan, yang dapat diukur sebagai Indeks Transmisi Ucapan (STI), atau rasio ucapan terhadap kebisingan (SNR). Semakin tinggi SNR atau STI, semakin baik kejelasan ucapan. Menurut aturan praktis, SNR pada dasarnya harus setidaknya 10-15 dB untuk kejelasan ucapan yang baik, yang berarti ucapan idealnya harus 10-15 dB di atas kebisingan latar belakang agar terdengar jelas. Namun, untuk memenuhi tujuan privasi, harus sebaliknya, di mana SNR harus serendah mungkin.
Di sisi lain, insulasi suara, terkadang dikenal sebagai peredaman, berhubungan dengan kontrol transmisi suara antara ruangan yang berdekatan. Tujuan memiliki insulasi suara adalah untuk mencapai privasi yang lebih baik dengan memblokir kebisingan secara efektif dari satu ruangan ke ruangan lain. Mirip dengan penyerapan suara, insulasi suara suatu produk dapat dinilai menggunakan peringkat angka tunggal yang disebut Sound Reduction Index (R). Transmisi suara dapat terjadi ketika suara melewati struktur seperti partisi/dinding/lantai/langit-langit. Suara juga dapat menyebar melalui elemen berongga di gedung seperti ventilasi, saluran, pipa, kelongsong, dll. Oleh karena itu, penting untuk mendesain interior dengan hati-hati dan memastikan konstruksi bangunan dilakukan dengan benar untuk menghindari biaya yang tidak perlu untuk pekerjaan perbaikan di masa depan.
Sebanyak estetika interior ruang kantor harus menjadi kunci desain, akustik juga tidak boleh diabaikan, karena akan sangat mempengaruhi pengalaman pengguna saat bekerja atau menjalankan tugas di ruang kantor. Faktanya, dengan beragamnya produk perawatan akustik yang tersedia di pasar saat ini, sangat mungkin untuk menjaga estetika dan akustik tanpa mengorbankan, terutama ketika desainer interior sering dapat bekerja dengan konsultan akustik saat ini. Oleh karena itu, pertimbangkan untuk lebih berupaya dalam desain soundscape ruang kerja Anda, untuk kesejahteraan Anda dan rekan kerja yang lebih baik.

REFERENSI:

https://www.barbourproductsearch.info/FIS-Acoustic-Guide-2015-file100897.pdf

https://www.workspacedesign.co.uk/

 

Geonoise Indonesia di Workshop Akustik AAVI (Asosiasi Akustik dan Vibrasi Indonesia) – Prediksi Kebisingan di Perkotaan

By | Articles, News

Asosiasi Akustik dan Vibrasi Indonesia (AAVI) pada tanggal 5 dan 6 Agustus 2019 mengadakan workshop yang bertajuk “Workshop on Acoustics Technology for Industry and Professionals”. Workshop ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai teknologi akustik terkini untuk para praktisi di industri dan juga professional yang bekerja pada bidang yang berkaitan dengan akustik.

Pada acara ini, Geonoise Indonesia berkesempatan untuk memberikan kontribusi dengan menjadi pembicara pada acara tersebut. Salah satu engineer Geonoise Indonesia, Hizkia Natanael, mengisi sebuah sesi yang diberi judul “Urban Noise Predictions: Why and How We Do It”. Kesempatan ini kami gunakan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kami mengenai kalkulasi kebisingan di perkotaan, terutama dari sudut pandang praktisi.

Hal yang pertama dibahas yakni mengenai mengapa kebisingan di perkotaan perlu untuk diprediksi. Sedikitnya terdapat dua alasan yang berhubungan dengan hal ini. Pertama, kebisingan memiliki dampak yang buruk pada kesehatan dan kesejahteraan publik. Karena hal inilah, kebisingan perlu diperhitungkan pada tahap perencanaan sebuah kegiatan ataupun proyek, sehingga kebisingan dapat berada pada tingkat yang dapat diterima oleh publik. Oleh karena hal inilah, terdapat alasan kedua yaitu agar memenuhi persyaratan yang ditentukan regulasi. Regulasi terkait kebisingan dibuat agar kebisingan yang diterima publik memiliki dampak yang masih terkontrol.

Regulasi terkait kebisingan dapat digolongkan menjadi dua yaitu immission dan emission. Regulasi yang digolongkan sebagai immission adalah regulasi yang mengatur seberapa banyak kebisingan boleh diterima oleh penerima bising. Di Indonesia, salah satu contoh dari regulasi ini adalah KepMen LH No. 48 Tahun 1996 tentang baku mutu kebisingan. Pada keputusan ini, tingkat kebisingan diatur baku mutunya untuk setiap jenis kawasan. Misalnya, pada kawasan pemukiman, kebisingan maksimal adalah Lsm < 55 dBA dengan toleransi 3 dB (tingkat kebisingan siang malam, dengan penalti 5dB pada malam hari).

Kategori lainnya yaitu regulasi terkait emisi kebisingan adalah regulasi yang mengatur seberapa banyak kebisingan boleh diemisikan oleh sumber kebisingan. Contoh dari regulasi ini di Indonesia adalah PerMen LH No.7 tahun 2009 tentang ambang batas kebisingan kendaraan bermotor tipe baru. Pada peraturan ini, setiap kendaraan motor tipe baru harus diuji emisi kebisingannya dengan metoda yang diatur pada PerMen yang sama.

Pada bagian kedua dari sesi ini, kami berbagi mengenai metoda yang biasa digunakan oleh praktisi untuk memprediksi kebisingan di perkotaan. Standar kalkulasi kebisingan yang biasa digunakan terbagi menjadi dua yaitu emisi dan propagasi. Pada kalkulasi emisi, tingkat daya suara dari sumber kebisingan dihitung berdasarkan karakteristik sumber bunyi tersebut. Misalkan untuk menghitung emisi bising dari jalan raya, dibutuhkan data mengenai jumlah kendaraan, kecepatan kendaraan, jenis kendaraan yang melewati jalan tersebut dan sebagainya. Pada standar perhitungan propagasi, dihitung kebisingan yang diterima oleh penerima kebisingan karena propagasi suara dari sumber.

Pada kesempatan ini juga kami membuat sebuah “study case” jika akan dibangun rel kereta layang pada jalan Dago di Bandung. Kami menggunakan software SoundPLAN 8.1 untuk memprediksi kebisingan yang diterima oleh salah satu rumah sakit pada jalan tersebut.

Selain dari Geonoise Indonesia, pembicara pada acara ini adalah:

  • Prof Jeong-Guon Ih dari Korea Advanced Institute of Science and Technology. Prof Ih pada kesempatan kali ini berbicara mengenai beberapa topik terkait noise control yaitu “Noise Control Design and Analysis”, “Panel damping to reduce noise radiation” dan case study noise control pada produk hair dryer yang beliau kerjakan.
  • Prof David Herrin, Director dari The Vibro-Acoustics Consortium yang juga professor di University of Kentucky. Prof Herrin menjadi pembicara pada sesi “Basics of sound and noise”, “Design of silencers to reduce duct-borne noise”, dan “measurements and instrumentation in Acoustics and Vibration”
  • Prof Youngjin Park, Director dari Center for Noise and Vibration Control (NOVIC), KAIST. Prof Park membagikan mengenai active noise control.
  • Prof Benjamin Soenarko, President dari Asosiasi Akustik dan Vibrasi Indonesia (AAVI). Beliau berbicara mengenai metoda numerik di akustik, terutama Boundary Element Method.
  • Dr Joko Sarwono, Kelompok Keahlian Fisika Bangunan Institut Teknologi Bandung. Pak Joko Sarwono pada kesempatan ini berbagi mengenai Soundscape.
Penghargaan dari AAVI 2019

Kebisingan Pada Sistem HVAC

By | Articles

Salah satu hal yang menjadi masalah tak terduga suatu bangunan berkaitan dengan sistem HVAC adalah kebisingan yang ditimbulkannya. Penghitungan kebisingan hasil dari akumulasi bagian-bagian dari sistem HVAC sangat diperlukan, agar tidak terjadi kebisingan di ruangan-ruangan yang diinginkan.

Apa yang perlu diperhatikan dalam mendesain sistem HVAC?

Apakah ada langkah singkat untuk menghindarinya?

Dalam artikel ini akan dibahas secara singkat terkait kebisingan yang terjadi pada system HVAC  dan bagaimana menghindarinya. 

Setiap suara yang terdengar biasanya dapat diidentifikasi melalui range frekuensi kebisingannya, begitupun dengan kebisingan yang berasal dari sistem HVAC. Kebisingan yang berkaitan dengan sistem HVAC dibagi menjadi 3 cakupan frekuensi, yaitu:

  • Frekuensi rendah

Kebisingan dari Fan, secara umum cakupannya adalah pada frekuensi 16 Hz hingga 250 Hz;

Variable Air Volume (VAV) Box Noise pada range frekuensi 125 Hz hingga 500 Hz.

  • Frekuensi menengah

Airflow ataupun kebisingan hasil turbulensi yang terjadi pada duct berkisar pada range frekuensi 31.5 Hz – 1000 Hz.

  • Frekuensi tinggi

Kebisingan Damper dan diffuser yang memberikan kebisingan pada range frekuensi 1000 Hz – 4000 Hz.

Ketiga kategori yang telah dijelaskan di atas dapat dihindari dengan mengetahui dari mana saja kebisingan tersebut berasal sehingga dapat menjadi perhatian lebih ketika mendesain saluran duct, seperti bentuk duct dan material yang dipakai pada setiap komponen sistem HVAC. Banyak cara agar suara dari sumber tertentu menjalar ke suatu area atau tempat, namun secara garis besar kebisingan pada sistem HVAC menjalar melalui 5 hal, diantaranya:

Sistem HVAC Acoustic – GeoNoise Indonesia
  • Ductborne Noise

Ductborne Noise berasal dari suara fan yang menjalar di sepanjang duct baik upstream maupun downstream terhadap arah arus fan. Penjalaran terjadi dengan mudah dan cepat karena kecepatan suara lebih cepat dari kecepatan udara dalam duct itu sendiri. Noise menjalar melalui saluran duct dan memberi kebisingan pada ruangan penerima, baik lokasi supply maupun return air.

  • Radiated Equipment Noise

Radiated equipment noise atau kebisingan yang berasal dari radiasi peralatan bising HVAC terjadi melewati lantai, atap ataupun dinding. Hal ini menjadikan suara bising terdengar pada ruangan sekitarnya. Contohnya, ketika pemasangan unit HVAC berada di samping ruang kerja, dengan sistem insulasi suara dinding pemisah yang kurang baik, maka suara unit HVAC akan menembus dinding dan terdengar di ruang kerja maupun di ruang sekitar unit HVAC.

  • Duct Break-in Noise

Kebisingan yang bersumber dari Ceiling Plenums atau dari perangkat Air Conditioning, ruang pemasangan dan sumber bising lainnya, akan menembus saluran duct dan kemudian menjalar menuju ruangan bersamaan dengan arus pada saluran duct. Jadi jika dimungkinkan, hindari duct melalui area bising sehingga tidak ada kebisingan yang masuk ke dalam system duct, atau jika ditinjau dari duct, hindari penggunaan material duct ringan dengan kemampuan insulasi yang rendah jika melewati ruangan-ruangan yang bising.

  • Duct Break-out Noise

Kebisingan juga dapat keluar dari dalam saluran duct lewat perimeter duct itu sendiri, hal ini akan memberikan kebisingan pada ruangan atau area sekitar duct tersebut. Umumnya hal ini terjadi dari suara bising fan, kebisingan aerodinamis (regenerated noise) di dalam duct, dan turbulensi airflow yang menyebabkan duct bergetar dan menghasilkan suara gaduh yang meradiasikan frekuensi rendah airborne noise.

  • Terminal Noise

Bagian akhir dari rantai distribusi udara pada system HVAC adalah perangkat terminal air yang diantaranya mencakup grille, diffuser, register, dan vent cover yang terbuka langsung terhadap ruang penerima. Kebisingan yang melewati diffuser dan perangkat transisi ini akan bertambah pada ruang penerima jika terdapat kemungkinan bergetar ataupun pertemuan dua arah arus udara yang berbeda. Untuk permasalahan ini yang dibutuhkan adalah penggunaan peralatan dengan spesifikasi yang baik untuk perangkat pada supply dan juga return serta desain pembelokan duct yang kurang baik. Untuk memudahkan biasanya beberapa manufaktur memberikan kode rating NC (Noise Criteria) pada perangkatnya, pilihlah sesuai dengan kebutuhan NC ruangan.

Dengan mengetahui kelima cara kebisingan tercipta, kita dapat dengan mudah mengkategorikan kebisingan pada system HVAC yang akan kita buat. Hal ini akan membantu menuntun kita dalam hal pemilihan material duct, sistem percabangan duct, enclosure unit Air Conditioning, tipe duct dan lain sebagainya sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan bising yang akan terjadi.