Monthly Archives

Juni 2021

LINGKUP KERJA KONSULTAN AKUSTIK ARSITEKTURAL

By | Uncategorized

Apa saja yang harus dikerjakan oleh perusahaan konsultasi akustik arsitektural? Pertanyaan tersebut sangat umum diajukan apabila seorang akustisi diminta untuk mengajukan proposal kerja untuk sebuah proyek. Pada artikel ini kami akan menjabarkan lingkup kerja konsultan akustik dengan referensi tipe proyek mixeduse highend building. Karena dalam tipe proyek tersebut konsultan akustik arsitektural dituntut untuk dapat menjabarkan semua lingkup kerjanya dalam satu proyek dengan kompleksitas yang tinggi.

Detail lingkup kerja konsultan akustik dalam proyek mixeduse highend building adalah sebagai berikut:

  1. Perumusan Kriteria

Di awal proyek, konsultan akustik harus merekomendasikan kriteria/target desain untuk bermacam-macam ruangan dan area di dalam bangunan seperti retail, unit apartemen baik untuk kamar tidur dan ruang keluarga, dan area komersil seperti meeting room, ruang multifungsi, spa, fitness, restaurant, club lounge, dll. Kriteria-kriteria tersebut ditetapkan berdasarkan studi dan rangkuman dari standar yang berlaku di negara tersebut, standar internasional, rekomendasi klien, dan operator gedung yang bersangkutan.

 

  1. Skematik

dengan banyaknya ruangan yang masuk ke dalam lingkup kerja konsultan akustik dengan tipe proyek seperti ini, sangat disarankan seorang akustisi memberikan desain skematik untuk beberapa ruangan penting untuk menjadi perhatian konsultan lainnya di tahap awal proyek. Contohnya adalah ruangan MEP, koneksi struktur bangunan, penempatan peralatan HVAC di atas ceiling, dan draft konfigurasi partisi dinding.

 

  1. Review Bising dari Lingkungan Sekitar Bangunan

Konsultan akustik harus melakukan review potensi sumber bising dari pesawat terbang, stasiun kereta, transportasi di jalan raya, peralatan MEP outdoor, dan semua hal di sekitar bangunan yang berpotensi mengganggu kenyamanan audial ke bagian dalam bangunan untuk memastikan kriteria akustik yang ditargetkan tercapai. Dalam tahap ini akustisi harus dapat menyampaikan hasil pemodelan dan simulasi untuk beberapa titik di sekitar bangunan dalam bentuk gambar yang dapat dimengerti klien dan konsultan lainnya. Pada tahap ini dapat direkomendasikan konfigurasi façade bangunan yang telah mempertimbangkan bising dari area sekitar bangunan.

 

  1. Bising HVAC (ductborne)

Pembahasan dan peninjauan bising dari seluruh HVAC baik itu dari air handling unit (AHU), axial dan centrifugal fans, fan coil unit (FCU), dll. Ducting system tersebut akan dianalisa untuk menentukan level bising di ruangan kritis dari outlet diffuser ducting system terdekat. Dari analisa tersebut keperluan akan silencer, lagging atau duct lining akan direkomendasikan demi tercapainya kriteria akustik yang telah ditentukan. Analisa tersebut akan dilakukan pada semua sistem HVAC tidak terkecuali, dengan atensi terbesar pada area tempat tinggal, spa, hotel, dll.

 

  1. Rambatan Suara Pada Struktur Bangunan (StructureBorne)

Semua hal yang berhubungan dengan rambatan atau getaran suara via struktur bangunan baik itu karena langkah kaki manusia di lantai atas atau getaran dari instalasi mesin-mesin MEP di atas ceiling ataupun lantai. Konsultan akustik harus mampu melakukan evaluasi sesuai frekuensi alami struktur bangunan dan memberikan rekomendasi terhadap elemen pelat lantai untuk memenuhi standar operator dan klien yang diaplikasikan.

 

  1. Kontrol Vibrasi Pada Mesin

Konsultan akustik harus melakukan pembahasan mendalam pada isolator vibrasi untuk mesin-mesin yang terpasang. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan defleksi pelat lantai dan hubungannya dengan beban statis dan dinamis mesin tersebut (contoh: chiller, pompa, cooling tower, AHU, dll). Selain itu, memastikan isolator tersebut efisien untuk menahan getaran ke struktur bangunan.

 

  1. Isolasi Ruangan

Pembahasan tentang isolasi ruangan-ruangan tertentu dengan menyediakan perhitungan teknis baik itu dengan metode “ruangan dalam ruangan” dan “floating floor” agar suara dan getaran tidak merambat ke seluruh elemen bangunan terutama ruangan di sekitar area yang diisolasi.

 

  1. Interior Akustik

Peninjauan dan perhitungan parameter akustik ruangan pada elemen desain interior dari ruangan-ruangan komersil seperti ballroom, meeting room, dan area lainnya dimana kejelasan suara percakapan atau musik adalah hal yang krusial.

 

  1. Gambar Detail

Konsultan akustik harus menyediakan atau merekomendasikan spesifikasi elemen kulit bangunan seperti façade, dinding, dan pelat lantai dalam format CAD secara potongan atau denah. Hal ini akan memudahkan konsultan terkait mengaplikasikan spesifikasi tersebut di gambar konstruksi mereka.

 

  1. Isolasi Kebisingan Akibat Benturan

Benturan pada area fitness baik itu karena aktifitas aerobik atau angkat beban menjadi perhatian tersendiri dari konsultan akustik. Selain bentuk treatment akustik yang berbeda, rentang waktu aktivitas tersebut juga harus masuk dalam perhitungan teknis secara detail, dan tentunya terukur.

 

  1. Peninjauan Kembali Gambar Konsultan Terkait

Setelah seluruh treatment akustik diadaptasi ke gambar kontruksi oleh konsultan terkait, akustisi harus meninjau kembali seluruh gambar tersebut demi memastikan semua treatment sudah digambarkan dengan tepat, sebelum masuk ke fase lelang (tender).

 

  1. Koordinasi dengan Kontraktor Terpilih

Konsultan akustik harus mengalokasikan waktu untuk mengkoordinasikan desain dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kontraktor terpilih serta menandatangani semua formulir yang berhubungan dengan persetujuan material apabila sudah sesuai dengan intensi akustisi tersebut.

 

  1. Penilaian akhir

Sebelum serah terima proyek ke pihak selanjutnya, konsultan akustik harus melakukan penilaian akhir dari elemen bangunan yang didesain oleh konsultan tersebut. Selanjutnya, membandingkan nilai ukur tersebut ke target desain dan kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.

Cara Mounting Akselerometer

By | All, Articles, News, Uncategorized | No Comments

Mounting (penempelan) akselerometer: pertimbangan dalam pemilihan

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam melakukan pengukuran vibrasi menggunakan akselerometer adalah cara menempelkan akselerometer pada permukaan atau objek yang hendak diukur. Pemilihan teknik mounting yang tepat sangat berpengaruh baik pada hasil pengukuran maupun dari sudut pandang kemudahan menempelkan di lapangan.

Cara mounting akselerometer dapat mempengaruhi hasil pengukuran karena pengaruhnya terhadap frekuensi resonan akselerometer. Akselerometer memiliki faktor amplifikasi yang signifikan pada frekuensi resonan, sehingga dalam pengukuran menggunakan akselerometer, penting untuk memilih metoda mounting yang tidak menggeser frekuensi resonan sehingga masuk ke frekuensi yang ingin kita ukur.

Secara umum, terdapat empat teknik mounting akselerometer yang dapat dipilih yaitu:

  1. Stud mounting: teknik ini digunakan dengan cara menempelkan akselerometer menggunakan mur dan baut. Teknik ini adalah sering dianggap sebagai teknik mounting yang menghasilkan hasil pengukuran yang terbaik dibandingkan dengan opsi lainnya. Stud mounting menghasilkan frekuensi resonan yang tinggi sehingga cukup jauh dari frekuensi yang umumnya ingin kita ukur. Untuk meningkatkan performa dengan metoda ini, diperlukan apa yang biasa disebut dengan coupling fluid seperti oli, petroleum jelly atau beeswax.

Kekurangan dari stud mounting adalah, tidak semua objek memiliki lokasi yang memungkinkan untuk dibaut pada permukannya. Jika tidak ada, maka diperlukan modifikasi pada permukaan objek sehingga dapat meninggalkan bekas setelah pengukuran selesai dilakukan.

  1. Adhesive: terdapat beberapa adhesif yang dapat dipilih untuk menempelkan akselerometer seperti epoxy (biasanya dipilih untuk mounting permanen), wax, lem dan double sided tape. Penggunaan adhesif memiliki frekuensi resonan yang lebih rendah dari stud mounting, tetapi pada kebanyakan kasus masih cukup tinggi sehingga tidak mempengaruhi hasil pengukuran pada frekuensi yang ingin diukur. Tentunya pengaruh pada respon frekuensi ini tergantung pada jenis adhesif yang digunakan juga.

Kekurangan dari penggunaan adhesif, terutama untuk mounting sementara adalah sulitnya membersihkan adhesif setelah digunakan baik pada akselerometer ataupun permukaan objek yang ingin kita ukur.

Salah satu opsi lain terkait adhesif adalah dengan menggunakan adhesive mounting pad, yaitu dengan menempelkan sebuah pad pada permukaan objek menggunakan adhesif, kemudian akselerometer dimounting menggunakan sekrup pada pad tersebut. Hal ini memungkinkan kita untuk memindahkan satu akselerometer ke beberapa lokasi dengan lebih mudah. Pada aplikasinya, adhesive mounting pad memudahkan pengguna jika membutuhkan pengukuran berulang pada objek yang sama, dan juga menghindari kontak langsung antara akselerometer dan adhesif sehingga tidak perlu dibersihkan.

  1. Magnet: Untuk objek atau permukaan dengan bahan metal, salah satu opsi yang mudah dan tidak meninggalkan bekas adalah dengan menggunakan magnetic mounting base pada akselerometer sehingga akselerometer dapat menempel pada permukaan metal.

Kekurangannya, resonan frekuensi jika menggunakan magnet dapat turun sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran jikalau frekuensi pengukuran yang ingin kita lakukan cukup tinggi (diatas 1 kHz). Untuk pengukuran jangka pendek dan tidak berulang, penggunaan magnet adalah salah satu opsi yang sering digunakan.

  1. Handheld: Pada beberapa kasus, permukaan yang hendak diukur tidak memungkinkan kita untuk menempelkan akselerometer dengan tiga opsi lainnya diatas, sehingga opsi yang tersisa adalah dengan memegang akselerometer pada permukaan. Pada kasus seperti ini, probe tip dapat digunakan sehingga kita dapat memberikan tekanan pada permukaan dengan lebih mudah dengan tangan.

Kekurangannya, rentang frekuensi yang dapat diukur menjadi jauh lebih sempit, umumnya dibawah sekitar 100 Hz. Karena tangan manusia juga tidak dapat diam dengan sempurna, maka frekuensi di bawah 10 Hz juga menjadi tidak akurat.